Instalasi dan Konfigurasi VSAT
VSAT IP adalah layanan last mile pelanggan dan backbone internal IM2
dengan memanfaatkan teknologi VSAT IP DVB RCS. Sistem ini dibangun
berbasiskan produk NERA dari Norwegia dengan alokasi frekuensi C Band.
Layanan ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai last mile untuk
aplikasi : transfer data, voice (VoIP) dan VPN. Khusus layanan non VPN
dapat dilengkapi dengan fitur penunjang yaitu TCP accelerator system
client server dan TCP accelerator system proxy (gateway).
Merakit Antena:
1. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memeriksa kelengkapan
pendukung reflektor/dish antena, seperti Pedestal, baut-baut, feedhorn
dan LNB.
2. Apabila di lokasi tersebut berupa tanah maka buatlah pondasi sesuai
ukuran pedestal yang telah ditetapkan (ukuran standart 2m x 2m).
3. Penggabungan antar segmen pedestal, reflektor, feed horn serta LNB
harus benar-benar terpasang dengan baik dan kencang, usahakan tidak ada
baut-baut yang kendor atau tidak terpasang.
4. Perakitan Pedestal / boom antena harus tegak lurus ( 90 derajat )
dengan garis horizontal bumi, gunakan water pass / angle meter untuk
levelingnya, tujuannya agar pada saat pointing diperoleh kemiringan
reflektor yang akan optimal.
5. Setelah antena terakit dengan benar, persiapkan satu kabel RF pendek
dan hubungkan antara LNB ke perangkat spectrum analizer atau satellite
finder. Tentukan arah polarisasi pada feedhorn sesuai dengan transponder
yang akan kita gunakan, dalam hal ini transponder 4H dengan polarisasi
horizontal.
6. Tentukan frekuensi dan transponder di Satellite yang akan kita cari,
dalam hal ini Satellite Palapa C2 transponder 4H dengan center
frekuensinya FWD RF=3,840Ghz / Lband=1298Mhz dengan simbol rate 8.7
Msps.
Pointing
1. Sebelum melakukan pointing, harus diketahui terlebih dahulu posisi
sudut azimut dan sudut elevasi untuk satellit yang akan digunakan /
diterima pada suatu daerah dimana stasiun bumi / VSAT akan didirikan.
2. Langkah pertama dalam melakukan pointing adalah dengan menentukan
sudut azimut reflektor secara kasar dengan menggunakan kompas. Arah 0
derajat dimulai dari arah utara, kemudian ke arah timur adalah positif
dan bila ke arah barat adalah negatif.
3. Langkah pertama dalam melakukan pointing adalah dengan menentukan
sudut azimut reflektor secara kasar dengan menggunakan kompas. Arah 0
derajat dimulai dari arah utara, kemudian ke arah timur adalah positif
dan bila ke arah barat adalah negatif.
4. Selanjutnya adalah melakukan pointing receive dan transmit. Untuk
melakukan pointing halus, dibutuhkan peralatan sebagai berikut :
(Spektrum analyzer atau Satellite Finder, DC blok dengan catu daya, LNB dan BUC, Kabel pointing, Terminal Nera/modem)
5. Keluaran dari LNB dihubungkan melalui kabel pointing ke DC blok dan dari DC blok dihubungkan ke Spektrum analyzer.
”Perhatikan ; konektor F type dengan tegangan V= + 18 Vdc ke arah LNB
dan konektor N type tanpa tegangan V=0 volt ke arah Spektrum analyzer.
Apabila menggunakan satellite finder, hubungkan keluaran LNB ke
Satellite finder dengan konektor F type ( satellite finder sudah
mensuplai tegangan dc 13/18V”.
6. Kemudian lakukan pointing receive untuk mengarahkan antena ke
satelit, caranya dengan memutar azimut dan elevasi secara perlahan
hingga diperoleh sinyal dari satelit yang dicari, langkah yang tepat
adalah putar sudut elevasi setelah mendapat sinyal hingga maximum
kencangkan baut elevasi kemudian putar sudut azimut setelah mendapat
sinyal maksimum kencangkan baut azimut kemudian putar polarisasi
feedhorn hingga mendapat sinyal yang maksimum, langkah tadi dilakukan
secara berulang-ulang hingga diperoleh sinyal receive yang paling
maksimum.
Crosspole
1. Hubungkan input BUC pada feedhorn melalui kabel transmit ke peralatan
Terminal Nera pada keluaran yang berlabel TX, kemudian hubungkan output
LNB melalui kabel receive ke input Terminal berlabel RX.
2. Selanjutnya hidupkan perangkat Terminal Nera, untuk menerima sinyal
dari satellite di transponder yang telah ditentukan. Untuk melihat SNR
di terminal gunakan perintah dvb rx show.
3. Lakukan crosspole dengan Pure carrier / CW sesuai dengan frekuensi
dan petunjuk dari NCC PT.Indosat. Untuk melakukan CW dari terminal
gunakan perintah dvb tx cw on (level tx) (freq).
4. Kencangkan baut-baut azimut, elevasi dan feedhorn setelah diperoleh
crosspole dengan hasil yang sesuai dengan rekomendasi NCC PT.Indosat dan
mintalah printout hasil crosspole tersebut dari NCC PT.Indosat.
5. Gunakan sealant / 3m tape untuk membungkus konektor f type di BUC dan LNB agar tidak kemasukan air pada saat hujan.
Konfigurasi terminal dengan Command Line Interface
Command Line Interface dapat diakses melalui telnet atau port RS323. Dalam hal ini parameter
penting yang harus dilakukan yaitu :
1. Start up Sequence
Pada saat terminal di hidupkan (turn on), maka Boot SW akan melakukan
proses start up. Dan selanjutnya aplikasi DVB RCS akan meng-inisialisasi
file system, dan merestore semuan parameter konfigurasi terminal,
melakukan inisialisasi konfigurasi, dan receive transmit signal untuk
logon ke gateway (apabila di set autostart). Selanjutnya system akan
meminta memasukkan usename dan password (Username: root, password: near /
balder1)
2. Konfigurasi IP
Ada dua Ip yang harus di set up di terminal DVB RCS, yaitu IP LAN (eth) dan IP SNMP (DVB). Caranya yaitu :
a. Set IP LAN (eth)
# ip set
contoh : # ip set 1 219.83.112.161 255.255.255.248
b. Set IP SNMP (dvb)
# ip set
contoh : # ip set 3 10.10.40.30 255.255.255.248
Setelah itu save konfigurasi dengan menggunakan command #save config Dan
untuk melihat hasil konfigurasi ip yg sudah di set dapat menggunakan
command #ip show.
3. Parameter Forward Link
Paremeter ini di gunakan untuk mengidentifikasi forward link yang di transmitdari gateway. Diantaranya adalah :
a. Set Symbol rate : dvb rx symbrate (dalam symbols per sec)
b. Set Frekwensi : dvb rx freq (dalam KHz)
Contoh :
# dvb rx symbrate 28000000 (artinya set symb rate 28 Msps)
# dvb rx freq 3840000 (artinya set frek 2840 MHz)
# save config
# dvb rx show
4. Out Door Unit Parameter
Parameter ini digunakan untuk mengkonfigurasi ODU yang di gunakan. Dalam
hal ini command yang di gunakan adalah sebagai berikut :
# odu antenna 5
# odu lnb 80
# odu txtype 81
# odu txlo 4900 (artinya set local oscilator BUC pada 4900 MHz)
# odu lnbdc 1 (untuk mengaktifkan tegangan dc pada RX terminal, 0=off, 1=on)
# odu txdc 1 (untuk mengaktifkan tegangan dc pada TX terminal, 0=off, 1=on)
# save config
5. Posisi Terminal
Parameter ini didapat dengan menggunakan GPS (Global Positioning system)
pada saat instalasi, parameter ini menggambarkan posisi terminal
(antenna) yang sedang di instalasi. Dalam hal ini command yang di
gunakan adalah :
# dvb pos alt
Dimana height adalah ketinggian dari permukaan laut (meter).
# dvb pos lat 7 19 17 1
# dvb pos long 11 29 85 0
# dvb pos alt 571
# save config
# dvb pos show
Pengertian Jaringan VSAT
VSAT merupakan kependekan dari “Very Small Aperture Terminal ”, untuk
menggambarkan terminal-terminal penerima/pengirim sinyal berupa stasiun
bumi satelit kecil berdiameter antara 0,9 sampai dengan 3,8 meter, yang
digunakan untuk melakukan pengiriman data, gambar maupun suara via
satelit.
Teknologi VSAT pertama kali dikenal di Amerika Serikat pada awal tahun
1980-an. VSAT masuk pertama kali ke Indonesia tahun 1989 seiring dengan
bermunculannya bank-bank swasta yang sangat membutuhkan sistem
komunikasi online seperti ATM (Automated Teller Machine).
Arsitektur Jaringan VSAT terdiri dari :
1. Ground Segment (segmen bumi), yang terbagi menjadi :
o Indoor Unit (IDU), terdiri dari modem satelit
o Outdoor Unit (ODU), terdiri dari RFT, LNA dan Antena
2. Space Segment (segmen angkasa) yakni satelit.
Keseluruhan jaringan VSAT ini dimonitor dan dikendalikan oleh suatu
Network Management System (NMS) yang berlokasi di Hub Network Operations
Center (NOC).
Dewasa ini, VSAT telah digunakan di lebih dari 120 negara dengan lebih
dari 500.000 terminal terpasang. Solusi komunikasi hemat biaya yang
ditawarkan VSAT menjadi pilihan berbagai sektor industri yang seringkali
menghadapi kenyataan bahwa adopsi teknologi akan diikuti dengan
kebutuhan biaya yang lebih tinggi.
Uplink & Downlink
Pada komunikasi VSAT ada yang disebut up link dan down link. Up link
adalah sinyal radio frequency (RF) yang dipancarkan dari stasiun bumi ke
satelit . Down link adalah sinyal radio frequency (RF) yang dipancarkan
dari satelit ke stasiun bumi.
Pada umumnya VSAT menggunakan frekuensi Ku-band atau C-band. Frekuensi
Ku-band digunakan di Amerika Utara, Eropa dan menggunakan antena VSAT
yang lebih kecil, dengan frekuensi up link sekitar 14 GHz dan down link
sekitar 12 GHz. Sedangkan C-band digunakan intensif di Asia, Afrika dan
Amerika Latin dan menggunakan antena yang lebih besar, dengan frekuensi
up link sekitar 6 GHz dan frekuensi down link sekitar 4 GHz.
Bentuk Bentuk Konfigurasi VSAT
Pemilihan topologi/konfigurasi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut:
• struktur aliran informasi di dalam jaringan
• kualitas link dan kapasitas yang diperlukan
• delay transmisi
VSAT Point-to-Point
VSAT Point-to-Point menggunakan teknologi Single Channel per Carrier.
Konfigurasi ini umumnya digunakan untuk aplikasi yang menggunakan kanal
yang relatif besar dan transmission delay yang relatif kecil. SCPC biasa
digunakan sebagai backbone pada komunikasi antar kantor pusat dan
pabrik atau kantor cabang besar. Di samping untuk data komunikasi juga
digunakan untuk saluran telepon. Contoh penggunaan konfigurasi ini
adalah backbone pada jaringan selular, perusahaan minyak, pertambangan
dan lain lain.
VSAT Point-to-Multipoint
VSAT Point-to-Multipoint menggunakan teknologi TDM/TDMA. Teknologi ini
pada umumnya digunakan pada korporasi yang mempunyai data center
terpusat, dengan karakteristik aplikasi mempunyai outbound data yang
besar (dari Kantor Pusat) dan inbound data yang kecil. Pengiriman data
harus melalui Hub atau stasiun pusat pengendali. Contoh pengguna
teknologi ini adalah perbankan, pemerintah, perusahaan pembiayaan,
kantor pos dan lain-lain.
Konfigurasi Point-to-multipoint umumnya berbentuk Star atau Mesh
Konfigurasi Mesh
Konfigurasi Mesh menggunakan teknologi DAMA/TDMA. Konfigurasi ini
memungkinkan komunikasi secara langsung dari satu titik ke titik
lainnya. Digunakan untuk telephony dan saluran data.
Konfigurasi STAR
Konfigurasi STAR merupakan pengembangan dari teknologi TDM/TDMA dengan
outbound channel yang mencapai 40 Mbps. Aplikasinya membutuhkan
bandwidth besar yaitu asimetrikal. Teknologi andal dan mampu mengurangi
waktu keterlambatan pengiriman. Biasa digunakan untuk Internet.
Tutorial Memasang Kabel LAN / UTP
Tutorial singkat ini cocok banget buat yang sedang mo bikin jaringan
komputer ‘MURAH’ khususnya yang terdiri lebih dari 2 client, yang pake
hub (jauh lebih murah ketimbang router ). To the point! Apa sih kabel UTP itu? Kabel UTP itu adalah kabel khusus buat transmisi data.
UTP, singkatan dari “Unshielded Twisted Pair”. Disebut unshielded karena
kurang tahan terhadap interferensi elektromagnetik. Dan disebut twisted
pair soalnya di dalamnya terdapat pasangan kabel yang disusun spiral
alias saling berlilitan. Ada 5 kategori kabel UTP. Dari kategori 1
sampai kategori 5. Untuk jaringan komputer yang terkenal adalah kategori
3 dan kategori 5.
Kategori 3 bisa untuk transmisi data sampai 10 mbps, sedang kategori 5
sampai 100 mbps. Nah klo cuman buat misal bikin jaringan komputer di
kantor ato kampus ato warnet, paling ngirit ya pake yang kategori 3.
Udah lebih dari cukup.
Setau gue ada banyak merek yang beredar di pasaran, cuman yang terkenal
bandel dan relatif murah adalah merek Belden – made in USA. Per meternya
berkisar dari Rp. 1500 – 2000,- Kalau mau jatuh murah dan pakenya
banyak beli aja yang satu kotak, panjangnya sekitar 150meteran. Jangan
lupa beli konektornya. Konektornya tuh bentuknya kayak colokan telepon
cuman lebih besar. Bilang aja mo beli konektor RJ-45. Harganya klo
ngecer sekitar Rp.2500,- an
Foto RJ45 – Konektor untuk kabel UTP
Foto RJ – 45 yang masih baru, belum di gencet pake tang
Crimp Tool Satu lagi yang sangat penting, kamu kudu punya tang khusus
buat masang konektor ke kabel UTP, istilah kerennya “crimp tool”. Ini
alat gunanya buat ‘ngematiin’ ato ‘nanem’ ato apalah istilahnya itu
konektor ke kabel UTP. Jadi sekali udah di ‘tang’ udah ga bisa dicopot
lagi itu konektor. Harganya memang agak mahal dibanding tang biasa.
Antar Rp.75rb – 150rb. Dan klo mo lebih ok, biar ga nanggung tambah duit
lagi sekitar 125rban buat beli lan tester. belinya yang merek dari
taiwan aja. lebih murah. bentuknya tuh kayak kotak, dan ada lampu lednya
8 pasang, bisa kedap kedip.
OK sekarang peralatan udah siap, gue mulai aja. Secara umum pemasangan
kabel UTP ada 2 tipe, tipe straight dan tipe cross. Disebut tipe
straight soalnya masing masing kabel yang jumlahnya 8 itu
berkorespondensi 1-1, langsung. Sedangkan disebut cross soalnya ada
persilangan pada susunan kabelnya. Bingung?
OK! Untuk tipe straight itu digunakan buat nyambungin dari client ke
hub. Sedangkan untuk tipe cross untuk client langsung ke client (cpu to
cpu) ato dari hub ke hub.
Kita bahas dulu yang tipe straight
Urutan pin tipe straightTipe ini paling gampang dibuat. Kenapa? Soalnya
langsung korespondensinya 1-1. Standar urutannya sih begini (dilihat
dari bolongannya konektor, dari kiri ke kanan – lihat foto disamping) : 2
orange – 1 ijo – 2 biru – 1 ijo – 2 coklat . 2 orange disini maksudnya
pasangan orange muda sama orange tua, dst. Tapi ga usah ikut standar
pewarnaan itu juga sebenarnya tidak masalah. Yang penting urutan
kabelnya. Misal ujung sini urutan pin pertamanya orange muda, maka ujung
yang lain urutan ping pertamanya juga harus orange muda. jadi antar
ujung saling nyambung. Sebenarnya tidak semua pin tersebut digunakan.
Yang penting adalah pin nomor 1,2,3 dan 6. Jadi misal yang disambung
cuman pin 1,2,3 dan 6 sedangkan pin yang lain tidak dipasang, tidak jadi
soal. Buat jelasnya coba lihat foto dibawah, yang gue foto dari sebuah
buku (coba tebak! bisa ga, buku apa hayuooo? )
Straight Tru dan cross pin
Yang kiri urutan korespondensi buat tipe straigh, yang kanan yang cross
Nah waktu mo pasang kamu potong ujung kabelnya, trus susun kabelnya trus
ratain pake piso potong yang ada di crimp tool. Kamu ga perlu repot
repot harus ngelepasin isolasi pada bagian ujung kabel, soalnya waktu
kamu masukin itu kabel ke konektor trus di gencet pake crimp tool,
sebenarnya saat itu pin yang ada di konektor nembus mpe dalem kabel.
Perhatikan, agar gencetnya yang keras. soalnya klo ga keras kadang itu
pin ga tembus ke dalam isolasi kabelnya. Kalo udah trus kamu tes pake
lan tester. Masukin ujung ujung kabel ke alatnya, trus nyalain, klo
lampu led yang di lan tester nyala semua, dari nomor 1 mpe 8 berarti
kamu sukses. Klo ada salah satu yang ga nyala berarti kemungkinan pada
pin nomor tersebut ada masalah. Cara paling mudah yaitu kamu gencet lagi
pake tang. Kemungkinan pinnya belum tembus. Kalo udah kamu gencet kok
masih ga nyambung, coba periksa korespondensinya antar pin udah 1-1
blon. Klo ternyata udah bener dan masih gagal, berarti memang kamu hari
ini sedang tidak beruntung.. kesian deh.. hehe.. ulang lagi aja.. okay!
LAN TESTER
LAN TESTER – alat buat ngecek kabelnya nyambungnya bener ato ga. Untuk tipe straight klo bener ntar dari led 1 mpe 8 berkedip.
Berikut adalah foto dari bawah dari ujung kabel UTP yang udah dipasangi
konektor dan berhasil dengan baik (urutan pewarnaan pinnya ikut
standar):
Contoh konektor RJ45 yang udah dipasang di kabel UTP dan berhasil dengan baik
urutan pin standar
Dan klo yang ini ga standar, coba perhatiin urutan warna pinnya… ga
standar banget. tapi tetep aja bisa, yang penting korespondensinya satu
satu (khusus tipe straight):
Contoh konektor RJ45 yang udah dipasang di kabel UTP dan berhasil dengan baik – TIDAK STANDAR
urutan pin TIDAK standar
Sekarang Tipe Cross
Untuk tipe cross itu dipake buat nyabungin langsung antar 2 pc, ato yang
umumnya buat nyambungin antar hub. (misal karena colokan di hubnya
kurang). Cara pasangnya juga sebenarnya gampang. sama seperti tipe
straight, pin yang dipake juga sebenarnya cuman 4 pin aja, pin 1-2-3 dan
6. Nah yang beda pas pasangnya. Klo di tipe cross, pin 1 nyambung ke
pin 3 ujung yang lain. pin 2 ke 6, pin 3 ke 1 dan pin 6 ke 2. Jelasnya
coba deh liat “Gambar 5″. Praktisnya gini, di ujung pertama kamu susun
pinnya sesuai standar buat yang tipe “straight” nah di ujung yang laen
kamu susun pinnya sesuai standar buat tipe “cross”.
masih bingung ? gini deh gampangnya:
ujung pertama:
1: orange muda
2: orange tua
3: ijo muda
4: biru muda
5: biru tua
6: ijo tua
7: coklat muda
8: coklat tua
maka diujung yang lain harus begini:
1: ijo muda
2: ijo tua
3: orange muda
4: biru muda
5: biru tua
6: orange tua
7: coklat muda
8: coklat tua
agak ngerti kan? jadi disini posisi nomor 1,2,3 ma 6 yang dituker.. Nah
ntar klo pas di tes pake LAN tester ntar led 1,2,3, ma 6 saling
bertukar. Klo tipe straight kan nyalanya urutan, nah klo tipe cross ada
yang lompat lompat. Tapi yang pasti kudu nyala semua tiap led dari nomor
1 mpe 8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar